MASYARAKAT
1.Kehidupan
kolektif dan definisi “masyarakat”
Kehidupan kolektif dalam alam binatang. Bukan hanya mahluk manusia saja,
tetapi juga banayk jenis mahluk lain hidup berkelompok bersama,
individu-indivudu sejenisnya. Berbagai jenis protozoa hidup bersama
mahluk-mahluk sel sejenisnya dalam satu kolektif berjumlah ribuan selyang
masing-masing tetap merupakan individu sendiri. Dalam kolektif-kolektif
protozoa, seperti jenis hydractinia, ada pembagian kerja yang nyata
antarsub-kolektif . berbagai jenis serangga, seperti semut, lebah, belalang
dll. Hidup secara kolektif dan dalam kolektif-kolektif itu pun dpt kita amati
adanya pembagian kerja antara berbagai subkolektif individu. Ada beberapa jenis
semut yang menurut para ahli terbagi kedalam 16 subkolektif, yg masing-masing
bertugas melakukan salah satu ke-16 macam fungsi hidup yang berbeda-beda. Ada
yg hanya bertelur, dan mencari makan, ada yang tugasnya membersihkan sarang,dan
ada yg harus mempertahankan sarangnya terhadap berbagai serangga dan
sebagainya.
Dengan
mempelajari kolektif-kolektif hewan itu kita mendapatkan beberapa cirri yg dpt
dianggap sebagai cirri khas cirri kehidupan kolektif, yaitu :
1).Pembagian kerja yg tetap antara berbagai macam
sub-kesatuan atw golongan individu yg kolektif untuk melaksanakan berbagai
macam fungsi hidup.
2).Ketergantungan individu kepada individu lain
dalam kolektif karna adanya pembagian kerja tadi.
3).Kerjasama antar individu yg disebabkan karna
sikap ketergantungn tadi.
4).Komunikasi antar individu yg diperlukan antar
para warga kolektif dan para individu dari luar.
Mengenai asas-asas pergaulan dialam bebas itu, menurut ahli filsafah H.
Spener, asas egoism atau asa ” Mendahulukan
kepentingan diri sendiri diatas kepentingan orang lain”, mutlak perlu bagi
berbagai jenis mahluk hidup agar mereka dpt bertahan dlm alam yg kejam.
Sebaliknya ada ahli-ahli filsafat yg beranggapan bahwa lawan dari asas
egoism, yakni altruisme (hidup berbakti untuk kepentingan individu lain), jg dpt
membuat suatu mahluk menjadi sedemikian kuatnya sehingga ia dpt bertahan salam
proses seleksi alam yg kejam. Karna asas altruism yg kuat itulah mahluk
kolektif mampu mengembangkan hubungan bantu-membantu dan kerja sama yg serasi,
sehingga mereka menjadi kuat dan mampu mempertaahankan keberadaanya dialam.
Kehidupan kolektif manusia, manusia adalah jenis mahluk yg juga hidup
dlm kolektif, sehingga pengetahuan mengenai asas-asas hidup kolektif yg kita
ketahui dgn mengamati kehidupan berbagai jenis protozoa, serangga, dan hewan
kolektif, juga penting untuk memahami kehidupan kolektif mahluk manusia.
Walaupun demikian antara kehidupan kolektif hewan dan manusia masih ada
perbedaan pokok, yaitu bahwa system pembagian kerja, kerjasama, dan komunikasi
dlm kehidupan kolektif hewan bersifat naluri, sedang pada manusia tdk. Otak
manusia telah berevolusi mengembangkan kemampuan akalnya, sehingg ia mampu
membayangkan dirinya maupun peristiwa-peristiwa yg mungkin menimpanya, dan
menentukan pilihanya diantara berbagai alternative dalam tingkah lakunya untuk
mencapai pendayagunaan yg optimal dlm mempertahankan hidupnya.
Apabila manusia menemukan suatu tindakan yg terbukti berdayaguna dlm
menanggulangi suatu maalah hidup, maka tingkah laku itu tentu akan diulanginya
tatkala masalah yg sama kembali dialaminya. Dengan demikian berbagai pola
tindakan manusia yg telah dilakukan menjadi adat istiadat itu, telah menjadi
bagian dari dirinya melalui proses belajar.
Untuk membedakan prilaku hewan dan
tingkah laku manusia dalam kehidupan kolektif, sebaiknya istilahnya pun
dibedakan. Prilaku binatang yg telah diRencanakan dlm gen-nya dan merupakan
miliknya tanpa melalui proses belajar (sprt reflex, perilaku naluri, dan
periaku membabibuta), dlm bhs inggris disebut behavior. Sebaliknya
tindakan-tindakan manusia yg tdk terencana didalam gen-nya,dan harus dijadikan,
dan harus dijadikan miliknya dgn belajar, disebut actions (yaitu “tindakan” atw
tingkah laku).
Apabila pola prilaku serta kehidupan
kolektif lebah maupun bentuk serangnya tdk tdk berubah selama ratusan angkatan
sejak lebah berada dibumi, tdjlah demikian halnya dgn pola tingkah laku
manusia. Tingkah laku manusia beberapa tahun yg lalu saja sudah juh berbeda dgn
sekarang, dan hanya sekitr empat desawarsa yg lalu orang Indonesia masih bnyak
yg tinggal bersama kelompok kerabat luas didalam rumah-rumah besa, dan bekerja
sebagai petani. Dan tdk lebih dari dua tiga angkatan yg lalu, orang eksimo
penduduk pantai utara kanada dan Alaska masih tinggal dlm igloo dan membunuh
hewan-hewan es, sementara keturunan mereka kini telah menempati
apartemen-apartemen modern yg telah dilengkapi alat pengatur suhu yg serba
otomatis dlm kompleks-kompleks perumahan pabrik pengalengan ikan atau
kompleks-kompleks perusahaan pemboran minyak, tempat mereka bekerja sbg
buruh pabrik atw minyak. Ada yang
memerlukan satu atw dua abad untuk mengalami suatu perubahan, tetapi ada yg
mengalaminya hanya dalam dua atw tiga bulan saja. Apalagi jenis lebah tetap
sama prilakunya dan hidupnya dimanapun ia hidup, maka tidaklah demikian halnya
dgn pola tingkah laku serta hidup manusia diAsia, diAfrika, diAustralia,
diAmerika utara, diAmerika latin, di Eropa, dsb.
2.Berbagai wujud
kolektif manusia
Jumlah manusia didunia sekarang lebih dari tga miliar jiwa , dan semua
mahluk homo sapiens itu menampakan suatu aneka ragam yg disebabkan oleh
cirri-ciri ras yg berbeda-beda (yaitu ras kaukasoid, mongoloid, negroid),
demikian juga dgn org amerika dg cirri-ciri ras kaukasoid dan orang sebangsanya
memiliki cirri-ciri ras negroid tdk blam batas wilayah berbeda tingkah lakunya,
karna keduanya berbica bahasa yg sama dan brtingkah laku sesuai dgn adat
istiadat serta gaya hidup orang amerika. Bagaimanakah wujud nyata dari kolektif
manusia ? sekarang ini wujud itu adalah kolektif-kolektif dasar yg merupakan
kesatuan-kesatuan manusia yg disebut Negara nasional, dan tersebar diseluruh
muka bumi. Di Asia tenggara ada kesatuan-kesatuan besar dan kecil, yaitu
Indonesia, Malaysia, singapura, papua nigini, vilipina, Vietnam, laos,
campuchea, muangthay, Myanmar, dll. Dieropa barat terdapat inggris, belanda,
prancis, Denmark, jerman, belgia, Luxemburg, dll.
Dalam batas wilayah Negara Indonesia didaerah sumut, misalnya suku
bangsa aceh berbeda adat istiadat,bahasa, dan juga agamanya, dgn suku bangsa
batak toba. Di eropa, dalam batas wilayah Negara inggris, misalnya, ada suku
bngsa anglosaxon, yg terutama beragama Kristen anglikan, dan suku bangsa
irlandia yg secsrs dominan beragama katolik. Dikota jumlah kesatuan-kesatuan
khusus biasanya lebih banyak dari pd didesa, dan warga suatu desa atw kota
seringkali menjadi anggota dari berbagai kesatuan hidup sekaligus.
Walaupun semua suku bangsa didunia pd
umumnya memiliki wujud, sebagai contoh konkret mari kita simak kehidupan suku
bali. Didesa kita dapati kelompok-kelompok kekerabatan dadia dan
karang,organisasi subak (yaitu organisasi yg mengurus pertanian dan irigasi),
seka (yaitu organisasi pertukangan dan kesenian), disamping berbagai organisasi
baru, misalnya ranting-ranting partai politik,
pramuka, koprasi desa, perkumpulan sepak bola, dll.
Dengan demikian dalam suatu Negara ada golongan petni, golongan buruh,
golongan pedagang, golongan pegawai, golongan bangsawan, dsnya, yg
masing-masing mempunyai pola tingkah laku adat istiadat serta pola hidup yg
brbeda-beda. Maka golongan itu seakan lapisan-lapisan social.
Karna Indonesia terdiri dari sekian
banyak suku bangsa yg berbeda-beda, malahan sering kali terlihat bahwa disamping
berbagai lapisan social yang berlaku untuk seluruh Negara. Pelapisan social
seperti brahmana, satria, vaisya, dan sudra di bali, misalnya tdk berlaku dlm
lingkungan suku bangsa sunda, minangkabau, aceh, timor, dll.
3.Unsur-unsur
masyarakat
Selain istilah “masyarakat” yg lazim
dipakai, ada istilah khusus untuk menyebut kesatuan-kesatuan khusus dlm
masyarakat, yaitu kategori social, golongan social, komunitas, kelompok, dan
perkumpulan.
Mayarakat,
seperti telah disebutkan diatas, istilah yg dlm bhs.inggris disebut society
(berasal dari kata latin socius yg berarti “kawan”). “masyarakat” sendiri
berasal dari akar kata arab syaraka yg artinya “ikut serta berperan serta”.
Warga suatu Negara dgn wilayah, yg kecil tentu memiliki potensi untuk berinteraksi
secara lebih intensif dari pada warga dari suatu Negara yg sangat luas,
terutama apabila Negara tersebut terdiri dari banyak pulau yg terpencar,
seperti halnya Negara kita. Tetapi sebaliknya, adanya perasaan tdk berarti
bahwa interaksi benar-benar terjadi. Misalnya, dgn adanya bahasa bali, suku
bangsa bali memiliki potensi untuk saling berinteraksi, walaupun adanya potensi
itu saja tdk menyebabkan bahwa semua orang bali akan saling berinteraksi satu
dgn yg lainya.
Ikatan yg menyebabkan suatu kesatuan
manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yg menyangkut semua
aspek kehidupan dlm batas kesatuan tersebut, yg sifatnyakhas, mantap, dan
berkesinambungan, sehingga menjadi adat istiadat. Selain adat istiadat khas yg
meliputi sector kehidupan serta kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat harus
memiliki suatu cii lain, yaitu rasa identitas bahwa mereka merupakan suatu satu
kesatuan khusus yg berbeda dari satu kesatuan manusia lainya. Sebaliknya suatu Negara, kota atw desa memiliki
keempat cirri, yaitu :
1).
Interaksi antar warga
2).
Adat istiadat, norma-norma, hokum serta aturan-aturan, yg mengatur semua pola
tingkah laku warga
3).
Kontuinitas dlm waktu
4).
Rasa identitas yg kuat yg mengikat semua warga
Itulah
sebabnya suatu Negara, desa, atw kota dpt kita sebut masyarakat (misalnya
masyarakat Indonesia, masyarakat Filipina, masyarakat belanda, masyarakat desa
trunyan, dsb).
Mari kita rumuskan suatu definisi
mengenai konsep “masyarakat” guna keperluan analisa antropologi dgn
memperhatikan ke empat cirri diatas, definisi itu dpt dirumuskan sbb :
“masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yg berinteraksi sesuai dg system adat
istiadat tertentu yg sifatnya berkesinambungan, dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. Bandingkan dgn definisi J.L. Gillin dan J.P. gillin mengenai
masyarakat dlm buku cultural sociology(1945:hlm.139) yg berbunyi sbb : the
largest grouping in which common customs, traditions, attitudes and feelings of
unity are operative. Dalam definisi itu unsure “grouping” mirip dgn unsure
“kesatuan hidup” dlm definisi kita, unsure common costoms dan tradition adalah
unsure “adat istiadat” dan “kontuinitas”, sedang common attitudes and feeling
of unity sama dgn unsur “identitas bersama”.
Biasanya
yg terbayang adalah sekelompok orang Indonesia yang ada disekitar kita sendiri,
disuatu lokasi tertentu . guru besar guru sosiologi universitas gadjah M M
djojodigoeno memang membedakan antara konsep “masyarakat dalam arti luas” dan
“masyarakat dalam arti sempit”.
Berdasarkan
konsep djojodigoeno itu masyarakat Indonesia adalah masyarakat arti luas dan
masyarakat kota tertentu, maupun masyarakat kelompok kekerabatan dadia, marga,
atau suku adalah masyarakat dalam arti sempit.
Community
atau komunitas. Keduanya adalah wujud wujud masyarakat yang konkret yang selain
memiliki ikatan berdasarkan suatu system adat istiadat yang sifatnya kontinyu
dan berdasarkan rasa identitas bersama yang dimiliki semua kesatuan masyarakat,
juga terikat pada suatu lokasi yang
nyata dan kesadaran wilayah yang konkret.
Kesatuan
wilayah , kesatuan adat istiadat, rasa identitas komunitas, dan loyalitas terhadap komunitas sendiri
merupakan cirri cirri komunitas sendiri merupakan cirri cirri komunitas dan
pangkal dari perasaan patriotisme, nasionalisme, an lain lain, umumnya
menyangkut Negara. Memang, suatu Negara adalah wujud dari suatu komunitas yang
paling besar. Selain Negara, kesatuan kesatuan kota, desa, RW, atau RT juga
cocok dengan definisi kita mengenai komunitas, yaitu : suatu kesatuan hidup
manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan berinteraksi secara
kontinyu sesuai dengan suatu system adat istiadat, dan terikat oleh suatu rasa
identitas komunitas.
Diatas,
kesatuan hidup manusia disuatu Negara, desa, atau kota, juga kita sebut
“masyarakat” sama dengan “komunitas”? keduanya memang tumpah tindih, tetapi
masyarakat adalah istilah umum bagi suatu kesatuan hidup manusia (karena itu
sifatnya lebih luas) yang bersifat mantap dan terikat oleh satuan adat istiadat
serta rasa identitas bersama, sedang, komunitas bersifat khusus, karena adanya
ikatan lokasi dan kesadaran wilayah.
Beberapa
ahli antropologi Indonesia mengusulkan untuk membedakan antara komuniti yang
tumbuh sendiri, mulai dari kehidupan berkelompok para nenek-moyang pendirinya
kemudian berkembang menjadi makin besar secara kontinyu selama berkembang
menjadi makin besar secara kontinyu selama beberapa generasi, tetapi adapula
kehidupan kehidupan berkelompok yang dengan sengaja dibentuk karena berbagai
alasan, baik yang dipaksakan maupun yang tidak, dan kemudian berkembang menjadi
mantap dan besar selama beberapa generasi. Kelompok yang pertama mungkin dapat
kita sebut “community” sementara kelompok yang kedua dapat kita sebut
“komunitas”. Dengan demikian suatu banjar, yang merupakan desa tradisional
dibali sejak beberapa generasi, merupakan komuniti dan desa transmigrasi atau
kompleks perumahan dikota yang dibangun oleh suatu perusahaan pengembang adalah
“komunitas”.
Kategori
social. Masyarakat sebagai kolektif manusia sangat umum sifatnya mengandung
kesatuan kesatuan yang sifatnya lebih khusus, tetapi belum tentu memiliki
syarat syarat pengikat yang sama dengan masyarakat. Kesatuan social yang tidak
memiliki syarat syarat pengikat itu (sehingga mirip dengan kerumunan), adalah
suatu kategori social, yang tidak memiliki sifat sifat suatu masyarakat.
Kategori
social adalah kesatuan manusia yang terjadi karena adanya suatu kompleks cirri
cirri obyektif yang dapat dikenakan pada warga atau anggotanya. Cirri ciri
obyektif itu biasanya dikenakan oleh pihak luar dan yang sering tidak disadari
oleh yang bersangkutan sendiri, untuk suatu maksud tertentu. Misalnya, dalam
hokum suatu Negara ditentukan bahwa ada kategori warga yang berumur diatas 18
tahun dan kategori warga dibawah 18 tahun, untuk membedakan hak warga Negara yang
mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum dan yang tidak.
Kategori social anak-anak dibawah 17
thn, misalnya, biasanya tdk terikat oleh suatu orientasi social dan tdk
memiliki potensi yyg dpt mengembangkan suatu interaksi diantara mereka.
Golongan social berbeda dgn kategori social, dlm buku-buku pelajaran
antropologi atw psikologi dlm bhs asing konsep “golongan social” jarang
dipisahkan dlm konsep “kategori social”, dan bersama-sama disebut dgn istilah social
category (dan memang dianggap sbg satu konsep).
Golongan
social ini terdiri dari orang-orang yg oleh pihak luar disatukan karena mereka
semua memiliki suatu cirri, yaitu usia mereka yg muda. Gambaran umum (streotip)
yg baik tentang golongan pemuda dlm masyarakat Indonesia itu sendiri terjadi
dan berkembang karena pernah ada peristiwa-peristiwa yg sangat menentukan dlm
sejarah terjadinya, nasional dn Negara kita, spt kongres pemuda dlm tahun 1928,
dan refolusi fisik yg terjadi antara tahun 1945 dan 1949, walaupun belum tentu
semua orang yg memenuhi syarat untuk disebut pemuda memiliki cirri-ciri ideal
tsb. Suatu golongan social yang terpandang dlm suatu masyarakat belum tentu
terpandang dlm masyarakat lain. Golongan petani yg dlm Negara-negara yg berdasarkn
pertanian dianggap terpandang, sama sekali tdk terpandang dlm masyarakat yg
berdasarkan industri atau perdagangan, dimana golongan usahawan adalah yg
dianggap terpandang. Para guru terikat oleh norma-norma guru, dank arena itu
semua guru memiliki identitas golonganya, para pengemudi terikat oleh
norma-norma pengemudi dan aturan lalu-lintas, sehingga merekapun memiliki
identitas golongan dan dokter terikat oleh etika kedokteran. Suatu golongn
social dpt juga timbul karena adanya pandangan negative dari pihak luar
terhadap mereka, seperti orang” negro, penduduk AS yg karna warna kulitnya yg
gelap, dibedakan dari warga Negara AS lainya yg umumnya memiliki cirri-ciri ras
kaukasoid dan berkulit bule. Namun karena orang negro umumnya miskin, maka
berkulit gelap yang kaya dan terpelajarpun tentu ada, dan adat istiadat serta
system norma mereka tdk berbeda dg adat istiadat serta system norma, warga
Negara lainya.
Dalam suatu masyarakat juga ada
kesatuan-kesatuan manusia yg termasuk “golongan social”, yaitu yg disebut
“lapisan” atau “kelas social”. Lapisan atau golongan social semacam itu terjadi
karna orang-orang yg dikelaskan kedalamnya mempunyai suatu gaya hidup yg khas, sehingga
mereka dipandang oleh orang lain sbg orang-orang yg menduduki suatu lapisan
tertentu dalam masyarakat. Organisasi-organisasi khusus dlm tujuan tertentu
spt, studi, diskusi, pergaulan, olah raga, kesenian, dan sebagainya, pd umumnya
dibentuk berdasarkan ideologinya masing-masing (misalnya ideology agama,
ideology nasional, ideology nternasional) dan bukan karna organisasi-organisasi
itu merupakan suatu system jaringan yg berlaku bagi semua pemuda, hanya karena
mereka memenuhi syarat untuk disebut pemuda.
Kelompok dan perkumpulan. Sutatu
kelompok (dalam bhs inggris disebut group) juga memenuhisyarat sbg suatu
masyarakat karena memiliki system interaksi antar anggota, adat istiadat, dan
system norma yg mengatur interaksi, adanya kesinambungan dan adanya rasa
identitas yg mempersatukan semua anggota. Kedua cirri khas itu sebenarnya juga
dimiliki oleh kesatuan manusia yg terbesar yaitu Negara. Kota dan desa yg
memiliki organisasi dan sestem kepemimpinan juga tdk dpt disebut kelompok.
Apabila kita mendengar tentang “kelompok cibodas”, misalnya, maka istilah
kelompok itu hanya menandakan lokasi saja, sehingga ada persatuan sepak
Indonesia mataram, karn lokasinya diyogyakarta. Dari contoh diatas ada dua
macam organisasi yaitu,
1).
Organisasi yg sengaja dibentuk, lengkap dgn aturan-aturanya serta system norma
yg mengikat para anggotanya, dan
2).
Organisasi yg terbentuk karna adanya ikatan alamiah dan keturunan, yg mengikat
para warganya, dgn adat istiadat serta system norma yg telah tumbuh sejak dahulu
kala. Kelompok yang berdasarkan organisasi, spt marga taringan, dalam bhs
inggris adl group atau primary group, sedang system organisasinya adl informal
organization. Kelompok spt PSIM, dlm bhs inggris disebut association,dan system
organisasinya disebut formal organization.
Suatu kelompok primer (dgn organisasi
adat) biasanya memiliki system pimpinan yg berbeda sifatnya dari suatu
perkumpulan (dgn organisasi buatan). Sebaliknya dlm suatu perkumpulan (yg
biasanya berlandaskan wewenang dan hokum), dlm hubunganya dgn para anggota
perkumpulanya seorang pemimpin bertindak anonym, lugas dan berasasguna.
Sebenarnya pembedaan antara “kelompok” dan perkumpulan dlm antropologi dan
sosiologi sudah dilakukan sejak lama, tetapi disamping itu ada aspek-aspek lain
juga. C.H. cooley, misalnya membedakan aspek asas hubungan antara primary group
dan association (oleh cooley disebut secondary group). Dalam abad yg lalu, ahli
sosiologi F.Tonnies membuat perbedaan antara dua macam masyarakat yg
berdasarkan asas hubungan yitu, Gesellschaft dan Gemeinshaft, sementara ahli
antropologi dan dan sosiologi prancis terkenel, E. Durkheim memperhatikan aspek
solidaritas dari hubungan antara individu dlm kelompokdan dlm perkumpulan, dan
membedakan antara solidarite mechanique yg menjiwai kelompok dan solidarite
organique yg menjiwai perkumpulan.
Dalam bahasa sehari-hari kita memang
masih sering dengar orang berbicara tentang “masyarakat marga taringan”,
“masyarakat subak tihingan”, dan sebagainya, tetapi tdk pernah ada orang
mengatakan “masyarakat PSIM”.
Beragam
jenis kelompok dan perkumpulan yg ada dlm suatu masyarakat tentu sangat besar.
Mungkinkah kita membuat suatu klasifikasi dari beragam kelompok dan perkumpulan
? para ahli antropologi dan sosiologi memang berupaya telah melakukanya,
terutama karna perkumpulan, merupakan kesatuan manusia yg didasarkan asas guna,
maka satu klasifikasi berdasarkan guna atau manfaat dri perkumpulan yg bersangkutan memang
dirasakan perlu.
Perkumpulan dapat diklasifikasikan
berdasarkan, prinsip guna, manfaat, keperluan, atau fungsinya, sehingga ada
berbagai perkumpulan misalnya, perkumpulan dagang, koprasi, perseroan, dan
sebagainya, yaitu perkumpulan-perkumpulan yang didirikan untuk keperluan
ekonomi (yg gunanya untuk mencari nafkah, melaksanakan suatu mata pencarian
hidup, memproduksi suatu benda, dan sebagainya).
Adanya perkumpulan-perkumpulan yg
berasaskan pendidikan, spt yayasan pendidikan, kelompok studi, perkumpulan
pemberantasan buta huruf, dan sebagainya. ada perkumpulan-perkumpulan untuk
mengajukan ilmu pengetahuan, spt misalnya himpunan Indonesia (untuk)
pengembangan ilmu-ilmu social (HIPIS), atau organisasi profesi yg juga
bertujuan memajukan ilmu dari profesi yg bersangkutan,spt ikatan dokter Indonesia,
asosiasi antropologi Indonesia.
Kecuali itu ada berbagai
perkumpulan lain dgn tujuan-tujuan yg berbeda-beda, misalnya untuk memajukan
kesenian, mendalami agama, perjuangan politik,dan sebagainya, yg dalam
masyarakat yg kompleks makin banyak jumlahnya.
4. PRANATA SOSIAL
Peranata
,dalam hidup masyarakat, manusia tiap hari melakukan berbagai tindakan
interaksi berpola, baik yang resmi maupun tidak resmi. System polah-pola resmi
yang dianut warga suatu masyrakat untuk berinteraksi dalam sosioloi
dan antropologi disebut “ pranata“ ( dalam bahasa
inggrisistilahnya adalah institution)
Konsep
pranata merupakan suatu konsep dasar dalam ilmu sosiologi yang
telah lama berkembang dan dipakai. Konsep itu kurang di pergunakan
oleh pera ahli antropologi,yang lebih
suka mengunakan konsep institution hanya digunakan dalam tiga buah tulisan
Pranata dan lembaga. Dalam bahasa sehari-hari istilah
institution (atau pranata ) sering di kacaukan dengan institute ( yang
terjamahannya dalam bahasa Indonesia adalah “ lembaga dalam bahasa Indonesia
kekacauan dalam penggunaan
istilah-istilah itubjuga sering terjadi, padahal kedua itilah itu harus di bedakan secara tegas.
Pranata adalah siatem normal atau atutran-aturan yang menyangkut suatu aktivitas masyarakat yang bersifat
khusus , sedang “ Lembaga “ atau ” institute”
adealah badan atau organisasi yang melaksanakannya. Kalau di perhatikan
secara lebih mendalam dan di hubungkan dengan istilah “ kelompok” atau
perkumpulan”, maka “ Lembaga” memang merupakan suatu bentuk perkumpulan yang
khusus, seperti yang di uraikan dalam sub bab 3 diatas
Beragam
pranata.berapakah jumlah pranata yang
ada dalam suatu masyatakat ? Hal itu tergantung dari sifat sedarhana ataub
kompleksnya kebudayaan suatu masyarakat. Making besar dan kompleks perkembangan
suatu masyarakat, makin kbertamba pula jumlah pranata yang ada, yang sedikinya
berjumlah delapan golongan. Penggolongan berdasarkan fungsi untuk memenuhi
keperluan hidup manusia sebagai warga masyarakat dapat sekedar menberi
pengertian mengenai banyaknya pranata yang ada dalam suatu masyarakat yang
besar dan kompleks
1.
Pranata-pranata
untuk memenuhi kehidupan kekerabatan yang disebut kinship atau domestic
institution, adalah antara lain
perkawinan, tolong menolong,antarkerabat, pengasuhan anak, sopan-santun
pergaulan antarkerbat, system kekerabatan,k, dan lain-lain.
2.
Pranata-pranata
ekonomi ( berproduksi mengumpulkan dan mendistribusikan hasil produksiatau
harta , dan lain-lain ) adalah antara pertanian, peternakan, berburu,
feodalisme, industry, barter, koperasi, perbankan,dan lain-lain.
3.
Pranata-pranata
pendidikan adalah pengasuhan anak, berbagai jenjang pendidikan, pemrantasan
buta aksara, pres, perpustakaan umum, dan lain-lain.
4.
Pranata-pranata
Ilmiah adalah antara lain modologi ilmiah, penelitian, pendidikan
5.
Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan akan keindahan dan
rekreasi, adalah berbagai cabang kesenian, kesusastraan oleh raga, dan
lain-lain.
6.
Pranata-pranata
keagamaan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan
untuk berhubungan dengan dan bekaitan kepada Tuhan atau dengan alam gaib ,
adalah doa kenduri ucapkan, semadi,
bertapa, penyiaran agama, pantangan ilmu gaib, ilmu dukun, dan lain-lain
7.
Pranata-pranata untuk menjagah dan mengukur kesimbangan
kekuasanaan dalam kehidupan masyrakat (
political institutions) seeperti
pemerintahan demokkrasi, kehakiman, kepartaian, ketentaraan, dan lain-lain.
8.
Pranata-pranata
untuk memenuhi kebutuhn akan kenyamanan hidup ( somatic institutions), seperti
pemeliharaan kecantikan dan kesehatan, kedokteran, dan lain-lain
Penggolongan
tersebut diatas tentu belum lengkap, karena didalamnya belum tercakup semua
jenis pranata yang mungking terdapat
dalam suatu masyarakat. Disamping itu juga ada pranata-pranata yang memiliki
sangat banyak askep, sehinga mereka juga dapat ditempatkan didalm lebih dari
suatu golongan.
5. INTEGRASI MASYARAKAT
Struktur social, menganalisis suatu masyarakat, seorang peneliti merinci
kehidupan masyarakat tersebut ke dalam unsur-unsurnya, yaitu: (1) pranata, (2)
kedudukan social, dan (3) peranan social. Walaupun demikian, tujuannya adalah untuk kemudian
memahami prinsip-prinsip kaitan antara unsur-unsur yg ada itu. Contohnya adalah
seorang peneliti yg ingin memahami kewajiban-kewajiban serta intensitas, sifat,
mutu dan frekuensi dari pola-pola kaitan seseorang yg berperan dan sebagai
seorang ayah terhadap anak, istri, dan para kerabat lainnya yg bukan angota
keluarga intinya maupun dalam perangnya pada waktu ia berhubunggan denga orang
di luar kelompok kerabatnya; atau seorang peneliti yang ingin mengetahui
hubungan seorang pemimpin masyarakat dengan bawahannya, penyaing,
sahabatnya,musuhnya, kaum kerabatnya, para pemimpin masyarakat lainnya. Semua
pola kaitan itu kemudian dapat di hubungkan dengan tipe masyarakatnya(misalnya
agrarian, industry, pedesaan, perkotaan, tradisional, modern, dll), dan
kerangka yang dapat menggambarkan kaitan-kaitan itu dlam antropologi disebut “struktur
social” konsep struktur social untuk pertama kali dikembangkan oleh A.R.
Radcliffe-Brown (1881-1955), seorang pakar antropologi inggris yang pernah
,meneliti orang pygmee, penduduk kepulauan Andamans diteluk benggali (yang
berada di sebelah utara Sumatra). Dalam bukunya tulisan The Andaman Islanders
(1922) uraian mengenai konsep struktur social belum trcantum, karena konsep itu
baru dikembangkannya dan uraikannya dalam suatu pidato resmi yang di ucapkannya
pada pengangkatannya sebagai ketua royal anthropological institute of great
Britain and Ireland dalam tahun 1939.
Analisis struktur
sosial. Walaupun Radcliffe-Brown telah menguraikan konsep struktur sosial, ia
tidak menyatakan metodologi apa yang harus di guanakan seorang peneliti untuk
mengabstraksikan susunan sosial dalam kenyataan kehidupan masyarakat. Dengan
demikian berbagai metode untuk mengabstrasikan struktur sosial telah di coba
oleh beberapa ahli lain, dan metode-metode yg paling umum adalah mencari suatu
karangkas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar