Minggu, 31 Januari 2016

antropologi (masyarakat)



MASYARAKAT

1.Kehidupan kolektif dan definisi “masyarakat”
         Kehidupan kolektif dalam alam binatang. Bukan hanya mahluk manusia saja, tetapi juga banayk jenis mahluk lain hidup berkelompok bersama, individu-indivudu sejenisnya. Berbagai jenis protozoa hidup bersama mahluk-mahluk sel sejenisnya dalam satu kolektif berjumlah ribuan selyang masing-masing tetap merupakan individu sendiri. Dalam kolektif-kolektif protozoa, seperti jenis hydractinia, ada pembagian kerja yang nyata antarsub-kolektif . berbagai jenis serangga, seperti semut, lebah, belalang dll. Hidup secara kolektif dan dalam kolektif-kolektif itu pun dpt kita amati adanya pembagian kerja antara berbagai subkolektif individu. Ada beberapa jenis semut yang menurut para ahli terbagi kedalam 16 subkolektif, yg masing-masing bertugas melakukan salah satu ke-16 macam fungsi hidup yang berbeda-beda. Ada yg hanya bertelur, dan mencari makan, ada yang tugasnya membersihkan sarang,dan ada yg harus mempertahankan sarangnya terhadap berbagai serangga dan sebagainya.
        Dengan mempelajari kolektif-kolektif hewan itu kita mendapatkan beberapa cirri yg dpt dianggap sebagai cirri khas cirri kehidupan kolektif, yaitu :
1).Pembagian kerja yg tetap antara berbagai macam sub-kesatuan atw golongan individu yg kolektif untuk melaksanakan berbagai macam fungsi hidup.
2).Ketergantungan individu kepada individu lain dalam kolektif karna adanya pembagian kerja tadi.
3).Kerjasama antar individu yg disebabkan karna sikap ketergantungn tadi.
4).Komunikasi antar individu yg diperlukan antar para warga kolektif dan para individu dari luar.
         Mengenai asas-asas pergaulan dialam bebas itu, menurut ahli filsafah H. Spener, asas egoism atau asa ”  Mendahulukan kepentingan diri sendiri diatas kepentingan orang lain”, mutlak perlu bagi berbagai jenis mahluk hidup agar mereka dpt bertahan dlm alam yg kejam.
           Sebaliknya ada ahli-ahli filsafat yg beranggapan bahwa lawan dari asas egoism, yakni altruisme (hidup berbakti untuk kepentingan individu lain), jg dpt membuat suatu mahluk menjadi sedemikian kuatnya sehingga ia dpt bertahan salam proses seleksi alam yg kejam. Karna asas altruism yg kuat itulah mahluk kolektif mampu mengembangkan hubungan bantu-membantu dan kerja sama yg serasi, sehingga mereka menjadi kuat dan mampu mempertaahankan keberadaanya dialam.
          Kehidupan kolektif manusia, manusia adalah jenis mahluk yg juga hidup dlm kolektif, sehingga pengetahuan mengenai asas-asas hidup kolektif yg kita ketahui dgn mengamati kehidupan berbagai jenis protozoa, serangga, dan hewan kolektif, juga penting untuk memahami kehidupan kolektif mahluk manusia.
           Walaupun demikian antara kehidupan kolektif hewan dan manusia masih ada perbedaan pokok, yaitu bahwa system pembagian kerja, kerjasama, dan komunikasi dlm kehidupan kolektif hewan bersifat naluri, sedang pada manusia tdk. Otak manusia telah berevolusi mengembangkan kemampuan akalnya, sehingg ia mampu membayangkan dirinya maupun peristiwa-peristiwa yg mungkin menimpanya, dan menentukan pilihanya diantara berbagai alternative dalam tingkah lakunya untuk mencapai pendayagunaan yg optimal dlm mempertahankan hidupnya.
            Apabila manusia menemukan suatu tindakan yg terbukti berdayaguna dlm menanggulangi suatu maalah hidup, maka tingkah laku itu tentu akan diulanginya tatkala masalah yg sama kembali dialaminya. Dengan demikian berbagai pola tindakan manusia yg telah dilakukan menjadi adat istiadat itu, telah menjadi bagian dari dirinya melalui proses belajar.
Untuk membedakan prilaku hewan dan tingkah laku manusia dalam kehidupan kolektif, sebaiknya istilahnya pun dibedakan. Prilaku binatang yg telah diRencanakan dlm gen-nya dan merupakan miliknya tanpa melalui proses belajar (sprt reflex, perilaku naluri, dan periaku membabibuta), dlm bhs inggris disebut behavior. Sebaliknya tindakan-tindakan manusia yg tdk terencana didalam gen-nya,dan harus dijadikan, dan harus dijadikan miliknya dgn belajar, disebut actions (yaitu “tindakan” atw tingkah laku).
Apabila pola prilaku serta kehidupan kolektif lebah maupun bentuk serangnya tdk tdk berubah selama ratusan angkatan sejak lebah berada dibumi, tdjlah demikian halnya dgn pola tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia beberapa tahun yg lalu saja sudah juh berbeda dgn sekarang, dan hanya sekitr empat desawarsa yg lalu orang Indonesia masih bnyak yg tinggal bersama kelompok kerabat luas didalam rumah-rumah besa, dan bekerja sebagai petani. Dan tdk lebih dari dua tiga angkatan yg lalu, orang eksimo penduduk pantai utara kanada dan Alaska masih tinggal dlm igloo dan membunuh hewan-hewan es, sementara keturunan mereka kini telah menempati apartemen-apartemen modern yg telah dilengkapi alat pengatur suhu yg serba otomatis dlm kompleks-kompleks perumahan pabrik pengalengan ikan atau kompleks-kompleks perusahaan pemboran minyak, tempat mereka bekerja sbg buruh  pabrik atw minyak. Ada yang memerlukan satu atw dua abad untuk mengalami suatu perubahan, tetapi ada yg mengalaminya hanya dalam dua atw tiga bulan saja. Apalagi jenis lebah tetap sama prilakunya dan hidupnya dimanapun ia hidup, maka tidaklah demikian halnya dgn pola tingkah laku serta hidup manusia diAsia, diAfrika, diAustralia, diAmerika utara, diAmerika latin, di Eropa, dsb.

2.Berbagai wujud kolektif manusia
         Jumlah manusia didunia sekarang lebih dari tga miliar jiwa , dan semua mahluk homo sapiens itu menampakan suatu aneka ragam yg disebabkan oleh cirri-ciri ras yg berbeda-beda (yaitu ras kaukasoid, mongoloid, negroid), demikian juga dgn org amerika dg cirri-ciri ras kaukasoid dan orang sebangsanya memiliki cirri-ciri ras negroid tdk blam batas wilayah berbeda tingkah lakunya, karna keduanya berbica bahasa yg sama dan brtingkah laku sesuai dgn adat istiadat serta gaya hidup orang amerika. Bagaimanakah wujud nyata dari kolektif manusia ? sekarang ini wujud itu adalah kolektif-kolektif dasar yg merupakan kesatuan-kesatuan manusia yg disebut Negara nasional, dan tersebar diseluruh muka bumi. Di Asia tenggara ada kesatuan-kesatuan besar dan kecil, yaitu Indonesia, Malaysia, singapura, papua nigini, vilipina, Vietnam, laos, campuchea, muangthay, Myanmar, dll. Dieropa barat terdapat inggris, belanda, prancis, Denmark, jerman, belgia, Luxemburg, dll.
          Dalam batas wilayah Negara Indonesia didaerah sumut, misalnya suku bangsa aceh berbeda adat istiadat,bahasa, dan juga agamanya, dgn suku bangsa batak toba. Di eropa, dalam batas wilayah Negara inggris, misalnya, ada suku bngsa anglosaxon, yg terutama beragama Kristen anglikan, dan suku bangsa irlandia yg secsrs dominan beragama katolik. Dikota jumlah kesatuan-kesatuan khusus biasanya lebih banyak dari pd didesa, dan warga suatu desa atw kota seringkali menjadi anggota dari berbagai kesatuan hidup sekaligus.
Walaupun semua suku bangsa didunia pd umumnya memiliki wujud, sebagai contoh konkret mari kita simak kehidupan suku bali. Didesa kita dapati kelompok-kelompok kekerabatan dadia dan karang,organisasi subak (yaitu organisasi yg mengurus pertanian dan irigasi), seka (yaitu organisasi pertukangan dan kesenian), disamping berbagai organisasi baru, misalnya ranting-ranting partai politik,  pramuka, koprasi desa, perkumpulan sepak bola, dll.
          Dengan demikian dalam suatu Negara ada golongan petni, golongan buruh, golongan pedagang, golongan pegawai, golongan bangsawan, dsnya, yg masing-masing mempunyai pola tingkah laku adat istiadat serta pola hidup yg brbeda-beda. Maka golongan itu seakan lapisan-lapisan social.
Karna Indonesia terdiri dari sekian banyak suku bangsa yg berbeda-beda, malahan sering kali terlihat bahwa disamping berbagai lapisan social yang berlaku untuk seluruh Negara. Pelapisan social seperti brahmana, satria, vaisya, dan sudra di bali, misalnya tdk berlaku dlm lingkungan suku bangsa sunda, minangkabau, aceh, timor, dll.

3.Unsur-unsur masyarakat
           Selain istilah “masyarakat” yg lazim dipakai, ada istilah khusus untuk menyebut kesatuan-kesatuan khusus dlm masyarakat, yaitu kategori social, golongan social, komunitas, kelompok, dan perkumpulan.
Mayarakat, seperti telah disebutkan diatas, istilah yg dlm bhs.inggris disebut society (berasal dari kata latin socius yg berarti “kawan”). “masyarakat” sendiri berasal dari akar kata arab syaraka yg artinya “ikut serta berperan serta”. Warga suatu Negara dgn wilayah, yg kecil tentu memiliki potensi untuk berinteraksi secara lebih intensif dari pada warga dari suatu Negara yg sangat luas, terutama apabila Negara tersebut terdiri dari banyak pulau yg terpencar, seperti halnya Negara kita. Tetapi sebaliknya, adanya perasaan tdk berarti bahwa interaksi benar-benar terjadi. Misalnya, dgn adanya bahasa bali, suku bangsa bali memiliki potensi untuk saling berinteraksi, walaupun adanya potensi itu saja tdk menyebabkan bahwa semua orang bali akan saling berinteraksi satu dgn yg lainya.
          Ikatan yg menyebabkan suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yg menyangkut semua aspek kehidupan dlm batas kesatuan tersebut, yg sifatnyakhas, mantap, dan berkesinambungan, sehingga menjadi adat istiadat. Selain adat istiadat khas yg meliputi sector kehidupan serta kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat harus memiliki suatu cii lain, yaitu rasa identitas bahwa mereka merupakan suatu satu kesatuan khusus yg berbeda dari satu kesatuan manusia lainya.  Sebaliknya suatu Negara, kota atw desa memiliki keempat cirri, yaitu :
1). Interaksi antar warga
2). Adat istiadat, norma-norma, hokum serta aturan-aturan, yg mengatur semua pola tingkah laku warga
3). Kontuinitas dlm waktu
4). Rasa identitas yg kuat yg mengikat semua warga
Itulah sebabnya suatu Negara, desa, atw kota dpt kita sebut masyarakat (misalnya masyarakat Indonesia, masyarakat Filipina, masyarakat belanda, masyarakat desa trunyan, dsb).
             Mari kita rumuskan suatu definisi mengenai konsep “masyarakat” guna keperluan analisa antropologi dgn memperhatikan ke empat cirri diatas, definisi itu dpt dirumuskan sbb : “masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yg berinteraksi sesuai dg system adat istiadat tertentu yg sifatnya berkesinambungan, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Bandingkan dgn definisi J.L. Gillin dan J.P. gillin mengenai masyarakat dlm buku cultural sociology(1945:hlm.139) yg berbunyi sbb : the largest grouping in which common customs, traditions, attitudes and feelings of unity are operative. Dalam definisi itu unsure “grouping” mirip dgn unsure “kesatuan hidup” dlm definisi kita, unsure common costoms dan tradition adalah unsure “adat istiadat” dan “kontuinitas”, sedang common attitudes and feeling of unity sama dgn unsur “identitas bersama”.
Biasanya yg terbayang adalah sekelompok orang Indonesia yang ada disekitar kita sendiri, disuatu lokasi tertentu . guru besar guru sosiologi universitas gadjah M M djojodigoeno memang membedakan antara konsep “masyarakat dalam arti luas” dan “masyarakat dalam arti sempit”.
Berdasarkan konsep djojodigoeno itu masyarakat Indonesia adalah masyarakat arti luas dan masyarakat kota tertentu, maupun masyarakat kelompok kekerabatan dadia, marga, atau suku adalah masyarakat dalam arti sempit.
Community atau komunitas. Keduanya adalah wujud wujud masyarakat yang konkret yang selain memiliki ikatan berdasarkan suatu system adat istiadat yang sifatnya kontinyu dan berdasarkan rasa identitas bersama yang dimiliki semua kesatuan masyarakat, juga terikat pada suatu lokasi  yang nyata dan kesadaran wilayah yang konkret.
Kesatuan wilayah , kesatuan adat istiadat, rasa identitas komunitas,  dan loyalitas terhadap komunitas sendiri merupakan cirri cirri komunitas sendiri merupakan cirri cirri komunitas dan pangkal dari perasaan patriotisme, nasionalisme, an lain lain, umumnya menyangkut Negara. Memang, suatu Negara adalah wujud dari suatu komunitas yang paling besar. Selain Negara, kesatuan kesatuan kota, desa, RW, atau RT juga cocok dengan definisi kita mengenai komunitas, yaitu : suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan berinteraksi secara kontinyu sesuai dengan suatu system adat istiadat, dan terikat oleh suatu rasa identitas komunitas.
Diatas, kesatuan hidup manusia disuatu Negara, desa, atau kota, juga kita sebut “masyarakat” sama dengan “komunitas”? keduanya memang tumpah tindih, tetapi masyarakat adalah istilah umum bagi suatu kesatuan hidup manusia (karena itu sifatnya lebih luas) yang bersifat mantap dan terikat oleh satuan adat istiadat serta rasa identitas bersama, sedang, komunitas bersifat khusus, karena adanya ikatan lokasi dan kesadaran wilayah.
Beberapa ahli antropologi Indonesia mengusulkan untuk membedakan antara komuniti yang tumbuh sendiri, mulai dari kehidupan berkelompok para nenek-moyang pendirinya kemudian berkembang menjadi makin besar secara kontinyu selama berkembang menjadi makin besar secara kontinyu selama beberapa generasi, tetapi adapula kehidupan kehidupan berkelompok yang dengan sengaja dibentuk karena berbagai alasan, baik yang dipaksakan maupun yang tidak, dan kemudian berkembang menjadi mantap dan besar selama beberapa generasi. Kelompok yang pertama mungkin dapat kita sebut “community” sementara kelompok yang kedua dapat kita sebut “komunitas”. Dengan demikian suatu banjar, yang merupakan desa tradisional dibali sejak beberapa generasi, merupakan komuniti dan desa transmigrasi atau kompleks perumahan dikota yang dibangun oleh suatu perusahaan pengembang adalah “komunitas”.
Kategori social. Masyarakat sebagai kolektif manusia sangat umum sifatnya mengandung kesatuan kesatuan yang sifatnya lebih khusus, tetapi belum tentu memiliki syarat syarat pengikat yang sama dengan masyarakat. Kesatuan social yang tidak memiliki syarat syarat pengikat itu (sehingga mirip dengan kerumunan), adalah suatu kategori social, yang tidak memiliki sifat sifat suatu masyarakat.
Kategori social adalah kesatuan manusia yang terjadi karena adanya suatu kompleks cirri cirri obyektif yang dapat dikenakan pada warga atau anggotanya. Cirri ciri obyektif itu biasanya dikenakan oleh pihak luar dan yang sering tidak disadari oleh yang bersangkutan sendiri, untuk suatu maksud tertentu. Misalnya, dalam hokum suatu Negara ditentukan bahwa ada kategori warga yang berumur diatas 18 tahun dan kategori warga dibawah 18 tahun, untuk membedakan hak warga Negara yang mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum dan yang tidak.
          Kategori social anak-anak dibawah 17 thn, misalnya, biasanya tdk terikat oleh suatu orientasi social dan tdk memiliki potensi yyg dpt mengembangkan suatu interaksi diantara mereka. Golongan social berbeda dgn kategori social, dlm buku-buku pelajaran antropologi atw psikologi dlm bhs asing konsep “golongan social” jarang dipisahkan dlm konsep “kategori social”, dan bersama-sama disebut dgn istilah social category (dan memang dianggap sbg satu konsep).
Golongan social ini terdiri dari orang-orang yg oleh pihak luar disatukan karena mereka semua memiliki suatu cirri, yaitu usia mereka yg muda. Gambaran umum (streotip) yg baik tentang golongan pemuda dlm masyarakat Indonesia itu sendiri terjadi dan berkembang karena pernah ada peristiwa-peristiwa yg sangat menentukan dlm sejarah terjadinya, nasional dn Negara kita, spt kongres pemuda dlm tahun 1928, dan refolusi fisik yg terjadi antara tahun 1945 dan 1949, walaupun belum tentu semua orang yg memenuhi syarat untuk disebut pemuda memiliki cirri-ciri ideal tsb. Suatu golongan social yang terpandang dlm suatu masyarakat belum tentu terpandang dlm masyarakat lain. Golongan petani yg dlm Negara-negara yg berdasarkn pertanian dianggap terpandang, sama sekali tdk terpandang dlm masyarakat yg berdasarkan industri atau perdagangan, dimana golongan usahawan adalah yg dianggap terpandang. Para guru terikat oleh norma-norma guru, dank arena itu semua guru memiliki identitas golonganya, para pengemudi terikat oleh norma-norma pengemudi dan aturan lalu-lintas, sehingga merekapun memiliki identitas golongan dan dokter terikat oleh etika kedokteran. Suatu golongn social dpt juga timbul karena adanya pandangan negative dari pihak luar terhadap mereka, seperti orang” negro, penduduk AS yg karna warna kulitnya yg gelap, dibedakan dari warga Negara AS lainya yg umumnya memiliki cirri-ciri ras kaukasoid dan berkulit bule. Namun karena orang negro umumnya miskin, maka berkulit gelap yang kaya dan terpelajarpun tentu ada, dan adat istiadat serta system norma mereka tdk berbeda dg adat istiadat serta system norma, warga Negara lainya.
             Dalam suatu masyarakat juga ada kesatuan-kesatuan manusia yg termasuk “golongan social”, yaitu yg disebut “lapisan” atau “kelas social”. Lapisan atau golongan social semacam itu terjadi karna orang-orang yg dikelaskan kedalamnya mempunyai suatu gaya hidup yg khas, sehingga mereka dipandang oleh orang lain sbg orang-orang yg menduduki suatu lapisan tertentu dalam masyarakat. Organisasi-organisasi khusus dlm tujuan tertentu spt, studi, diskusi, pergaulan, olah raga, kesenian, dan sebagainya, pd umumnya dibentuk berdasarkan ideologinya masing-masing (misalnya ideology agama, ideology nasional, ideology nternasional) dan bukan karna organisasi-organisasi itu merupakan suatu system jaringan yg berlaku bagi semua pemuda, hanya karena mereka memenuhi syarat untuk disebut pemuda.
            Kelompok dan perkumpulan. Sutatu kelompok (dalam bhs inggris disebut group) juga memenuhisyarat sbg suatu masyarakat karena memiliki system interaksi antar anggota, adat istiadat, dan system norma yg mengatur interaksi, adanya kesinambungan dan adanya rasa identitas yg mempersatukan semua anggota. Kedua cirri khas itu sebenarnya juga dimiliki oleh kesatuan manusia yg terbesar yaitu Negara. Kota dan desa yg memiliki organisasi dan sestem kepemimpinan juga tdk dpt disebut kelompok. Apabila kita mendengar tentang “kelompok cibodas”, misalnya, maka istilah kelompok itu hanya menandakan lokasi saja, sehingga ada persatuan sepak Indonesia mataram, karn lokasinya diyogyakarta. Dari contoh diatas ada dua macam organisasi yaitu,
1). Organisasi yg sengaja dibentuk, lengkap dgn aturan-aturanya serta system norma yg mengikat para anggotanya, dan
2). Organisasi yg terbentuk karna adanya ikatan alamiah dan keturunan, yg mengikat para warganya, dgn adat istiadat serta system norma yg telah tumbuh sejak dahulu kala. Kelompok yang berdasarkan organisasi, spt marga taringan, dalam bhs inggris adl group atau primary group, sedang system organisasinya adl informal organization. Kelompok spt PSIM, dlm bhs inggris disebut association,dan system organisasinya disebut formal organization.
          Suatu kelompok primer (dgn organisasi adat) biasanya memiliki system pimpinan yg berbeda sifatnya dari suatu perkumpulan (dgn organisasi buatan). Sebaliknya dlm suatu perkumpulan (yg biasanya berlandaskan wewenang dan hokum), dlm hubunganya dgn para anggota perkumpulanya seorang pemimpin bertindak anonym, lugas dan berasasguna. Sebenarnya pembedaan antara “kelompok” dan perkumpulan dlm antropologi dan sosiologi sudah dilakukan sejak lama, tetapi disamping itu ada aspek-aspek lain juga. C.H. cooley, misalnya membedakan aspek asas hubungan antara primary group dan association (oleh cooley disebut secondary group). Dalam abad yg lalu, ahli sosiologi F.Tonnies membuat perbedaan antara dua macam masyarakat yg berdasarkan asas hubungan yitu, Gesellschaft dan Gemeinshaft, sementara ahli antropologi dan dan sosiologi prancis terkenel, E. Durkheim memperhatikan aspek solidaritas dari hubungan antara individu dlm kelompokdan dlm perkumpulan, dan membedakan antara solidarite mechanique yg menjiwai kelompok dan solidarite organique yg menjiwai perkumpulan.
          Dalam bahasa sehari-hari kita memang masih sering dengar orang berbicara tentang “masyarakat marga taringan”, “masyarakat subak tihingan”, dan sebagainya, tetapi tdk pernah ada orang mengatakan “masyarakat PSIM”.
Beragam jenis kelompok dan perkumpulan yg ada dlm suatu masyarakat tentu sangat besar. Mungkinkah kita membuat suatu klasifikasi dari beragam kelompok dan perkumpulan ? para ahli antropologi dan sosiologi memang berupaya telah melakukanya, terutama karna perkumpulan, merupakan kesatuan manusia yg didasarkan asas guna, maka satu klasifikasi berdasarkan guna atau manfaat  dri perkumpulan yg bersangkutan memang dirasakan perlu.
           Perkumpulan dapat diklasifikasikan berdasarkan, prinsip guna, manfaat, keperluan, atau fungsinya, sehingga ada berbagai perkumpulan misalnya, perkumpulan dagang, koprasi, perseroan, dan sebagainya, yaitu perkumpulan-perkumpulan yang didirikan untuk keperluan ekonomi (yg gunanya untuk mencari nafkah, melaksanakan suatu mata pencarian hidup, memproduksi suatu benda, dan sebagainya).
            Adanya perkumpulan-perkumpulan yg berasaskan pendidikan, spt yayasan pendidikan, kelompok studi, perkumpulan pemberantasan buta huruf, dan sebagainya. ada perkumpulan-perkumpulan untuk mengajukan ilmu pengetahuan, spt misalnya himpunan Indonesia (untuk) pengembangan ilmu-ilmu social (HIPIS), atau organisasi profesi yg juga bertujuan memajukan ilmu dari profesi yg bersangkutan,spt ikatan dokter Indonesia, asosiasi antropologi Indonesia.
             Kecuali itu ada berbagai perkumpulan lain dgn tujuan-tujuan yg berbeda-beda, misalnya untuk memajukan kesenian, mendalami agama, perjuangan politik,dan sebagainya, yg dalam masyarakat yg kompleks makin banyak jumlahnya.


4. PRANATA SOSIAL
Peranata ,dalam hidup masyarakat, manusia tiap hari melakukan berbagai tindakan interaksi berpola, baik yang resmi maupun tidak resmi. System polah-pola resmi yang dianut  warga suatu  masyrakat untuk berinteraksi dalam sosioloi dan antropologi disebut “ pranata“                          ( dalam bahasa inggrisistilahnya adalah institution)
Konsep pranata  merupakan  suatu konsep dasar dalam ilmu sosiologi yang telah lama  berkembang  dan dipakai. Konsep itu kurang di pergunakan oleh pera  ahli antropologi,yang lebih suka mengunakan konsep institution hanya digunakan dalam tiga buah  tulisan
Pranata  dan lembaga. Dalam bahasa sehari-hari istilah institution (atau pranata ) sering di kacaukan dengan institute ( yang terjamahannya dalam bahasa Indonesia adalah “ lembaga dalam bahasa Indonesia kekacauan dalam penggunaan  istilah-istilah itubjuga sering terjadi, padahal kedua  itilah itu harus di bedakan secara tegas. Pranata adalah siatem normal atau atutran-aturan yang menyangkut  suatu aktivitas masyarakat yang bersifat khusus , sedang “ Lembaga “  atau  ” institute”  adealah badan atau organisasi yang melaksanakannya. Kalau di perhatikan secara lebih mendalam dan di hubungkan dengan istilah “ kelompok” atau perkumpulan”, maka “ Lembaga” memang merupakan suatu bentuk perkumpulan yang khusus, seperti yang di uraikan dalam sub bab 3 diatas
Beragam pranata.berapakah  jumlah pranata yang ada dalam suatu masyatakat ? Hal itu tergantung dari sifat sedarhana ataub kompleksnya kebudayaan suatu masyarakat. Making besar dan kompleks perkembangan suatu masyarakat, makin kbertamba pula jumlah pranata yang ada, yang sedikinya berjumlah delapan golongan. Penggolongan berdasarkan fungsi untuk memenuhi keperluan hidup manusia sebagai warga masyarakat dapat sekedar menberi pengertian mengenai banyaknya pranata yang ada dalam suatu masyarakat yang besar dan kompleks
1.    Pranata-pranata untuk memenuhi kehidupan kekerabatan yang disebut kinship atau domestic institution, adalah antara  lain perkawinan, tolong menolong,antarkerabat, pengasuhan anak, sopan-santun pergaulan antarkerbat, system kekerabatan,k, dan lain-lain.
2.    Pranata-pranata ekonomi ( berproduksi mengumpulkan dan mendistribusikan hasil produksiatau harta , dan lain-lain ) adalah antara pertanian, peternakan, berburu, feodalisme, industry, barter, koperasi, perbankan,dan lain-lain.
3.    Pranata-pranata pendidikan adalah pengasuhan anak, berbagai jenjang pendidikan, pemrantasan buta aksara, pres, perpustakaan umum, dan lain-lain.
4.    Pranata-pranata Ilmiah adalah antara lain modologi ilmiah, penelitian, pendidikan
5.    Pranata-pranata  untuk memenuhi kebutuhan akan keindahan dan rekreasi, adalah berbagai cabang kesenian, kesusastraan oleh raga, dan lain-lain.
6.    Pranata-pranata keagamaan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan untuk berhubungan dengan dan bekaitan kepada Tuhan atau dengan alam gaib , adalah doa  kenduri ucapkan, semadi, bertapa, penyiaran agama, pantangan ilmu gaib, ilmu  dukun, dan lain-lain
7.    Pranata-pranata  untuk menjagah dan mengukur kesimbangan kekuasanaan dalam  kehidupan masyrakat ( political institutions)  seeperti pemerintahan demokkrasi, kehakiman, kepartaian, ketentaraan, dan lain-lain.
8.    Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhn akan kenyamanan hidup ( somatic institutions), seperti pemeliharaan kecantikan dan kesehatan, kedokteran, dan lain-lain

Penggolongan tersebut diatas tentu belum lengkap, karena didalamnya belum tercakup semua jenis pranata  yang mungking terdapat dalam suatu masyarakat. Disamping itu juga ada pranata-pranata yang memiliki sangat banyak askep, sehinga mereka juga dapat ditempatkan didalm lebih dari suatu golongan.

5. INTEGRASI MASYARAKAT
Struktur social, menganalisis suatu masyarakat, seorang peneliti merinci kehidupan masyarakat tersebut ke dalam unsur-unsurnya, yaitu: (1) pranata, (2) kedudukan social, dan (3) peranan social. Walaupun  demikian, tujuannya adalah untuk kemudian memahami prinsip-prinsip kaitan antara unsur-unsur yg ada itu. Contohnya adalah seorang peneliti yg ingin memahami kewajiban-kewajiban serta intensitas, sifat, mutu dan frekuensi dari pola-pola kaitan seseorang yg berperan dan sebagai seorang ayah terhadap anak, istri, dan para kerabat lainnya yg bukan angota keluarga intinya maupun dalam perangnya pada waktu ia berhubunggan denga orang di luar kelompok kerabatnya; atau seorang peneliti yang ingin mengetahui hubungan seorang pemimpin masyarakat dengan bawahannya, penyaing, sahabatnya,musuhnya, kaum kerabatnya, para pemimpin masyarakat lainnya. Semua pola kaitan itu kemudian dapat di hubungkan dengan tipe masyarakatnya(misalnya agrarian, industry, pedesaan, perkotaan, tradisional, modern, dll), dan kerangka yang dapat menggambarkan kaitan-kaitan itu dlam antropologi disebut “struktur social” konsep struktur social untuk pertama kali dikembangkan oleh A.R. Radcliffe-Brown (1881-1955), seorang pakar antropologi inggris yang pernah ,meneliti orang pygmee, penduduk kepulauan Andamans diteluk benggali (yang berada di sebelah utara Sumatra). Dalam bukunya tulisan The Andaman Islanders (1922) uraian mengenai konsep struktur social belum trcantum, karena konsep itu baru dikembangkannya dan uraikannya dalam suatu pidato resmi yang di ucapkannya pada pengangkatannya sebagai ketua royal anthropological institute of great Britain and Ireland dalam tahun 1939.
Analisis struktur sosial. Walaupun Radcliffe-Brown telah menguraikan konsep struktur sosial, ia tidak menyatakan metodologi apa yang harus di guanakan seorang peneliti untuk mengabstraksikan susunan sosial dalam kenyataan kehidupan masyarakat. Dengan demikian berbagai metode untuk mengabstrasikan struktur sosial telah di coba oleh beberapa ahli lain, dan metode-metode yg paling umum adalah mencari suatu karangkas


Tidak ada komentar:

Posting Komentar