I.
Defenisi
Keparawatan
gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan
sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi
tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang
di alami pasien atau keluarga harus di pertimbangkan sebagai hedaruratan
II.
Sistem Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan
gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi
kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asukan keperawatan
untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga.
Sistem
pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus
memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi
dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.
III.
Triage Dalam Keperawatan Gawat Darurat
Yaitu
skenario pertolongan yang akan di berikan sesudah fase keadaan pasien.
Pasien-pasien yang terancam hidupnya harus di beri prioritas utama. Triage
dalam keperawatan gawat derurat di gunakan untuk mengklasifikasian keperahan
penyakit atau cidera dan menetapkan prioritas kebutuhan penggunaan petugas
perawatan kesehatan yang efisien dan sumber-sumbernya.
Standart
waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang
dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak.
Triase
di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih dalam prinsip
triase, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan memiliki
kualisifikasi:
-
Menunjukkan kompetensi kegawat daruratan
-
Sertifikasi ATLS, ACLS, PALS, ENPC
-
Lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC)
-
Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen
-
Keterampilan pengkajian yang tepat, dll
IV.
Sistem Triase
•
Spot check
25%
UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan pasien
dalam waktu 2-3 menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
•
Komprehensif
Merupakan
triase dasar yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh ENA (Emergenci Nurse
Association) meliputi:
• A
(Airway)
• B
(Breathing)
• C
(Circulation)
• D
(Dissability of Neurity)
• E
( Ekspose)
• F
(Full-set of Vital sign)
•
Pulse Oximetry
•
Trise two-tier
Sistenm
ini memetluhan orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua yang bertugas
mensortirpasien untuk di lakukan pengkajian lebih rinci.
•
Triase Expanded
Sistem
ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup protokol
penanganan:
1.
Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
2.
Pemeriksaan diagnostik
3.
Pemberian obat
4.
Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll)
•
Triase Bedside
Pasien
dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh
perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.
V.
KATEGORI/ KLASIFIKASI TRIAS
61%
menggunakan 4 kategori pengambilan keputusan yaitu dengan menggunakan warna
hartu/status sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah (Emergen), kuning (Urgen),
hijau (non Urgen), hitam (Expectant)
VI.
Merah (Emergent)
Yaitu
korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera. Yaitu kondisi yang mengancam
kehidupan dan memerlukan perhatian segera.
Contoh:
-
Syok oleh berbagai kausa
-
Gangguan pernapasan
-
Trauma kepala dengan pupil anisokor
-
Perdarahan eksternal masif
VII.
Kuning (Urgent)
Yaitu
korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat di tunda
sementara. Kondisi yang merupakan masalah medisyang disignifikan dan memerlukan
penata laksanaan sesegera mungkin. Tanda-tanda fital klien ini masih stabil.
Contoh
•
Fraktur multiple
•
Fraktur femur/pelvis
•
Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma, obdomen
berat)
•
Luka bakar luas
•
Gangguan kesadaran/trauma kepala
•
Korban dengan status yang tidak jelas.
Semua
korban dengan kategori ini harus di berikan infus, pengawasan ketat terhadap
kemungkinan timbulnya komplikasi dan berikan perawatan sesegera mungkin.
VIII. Hijau (Non urgent)
Yaitu kelompok korban yang tidak
memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat di tunda. Penyakit atau
cidera minor
Contoh
- Fektur minor
- Luka minor
- Luka bakar minor
IX.
Hitam (Expectant)
Korban
yang meninggal bunia atau yang berpotensi untuk meninggal dunia
-
6% memakai sistem empat kelas yaitu
1.
Kelas1: kritis (mengancam jiwa, ekstremitas, penglihatan atau tindakan segera)
2.
Kelas ii: Akut (terdapat perubahan yang signifikan, tindakan segera mungkin)
3.
Kelas iii: Urgent (signifikan, tikdakan pada waktu yang tepat)
4.
Kelas iv: Non Urgent (tidak terdapat resiko yang perlu segera di tangani)
-
10% digunakan sistem 5 tingkat yaitu
Tingkat
contoh
1
Kritis Segera Henti jantung
2
Tidak stabil 5-15 menit Fraktur mayor
3
Potensial tidak stabil 30-60 menit Nyeri abdomen
4
Stabil 1-2 jam Sinusitis
5
Rutin 4 jam Pengangkatan jahitan
X.
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Penghajian
(PQRST)
-
Provokes (pemicu)
-
Quality (kualitas)
-
Radiation (penyebaran)
-
Severity (intensitas)
-
Time (waktu)
-
Treatment (penanganan)
Ditambah
dengan riwayat alergi, obat-obatan terahir, imunisasi, haid terahir,setekah itu
baru diklasifikasikan.
Tipsord-Klinkhammer
dan Adreoni menganjurkan OLD CART
-
Onset of system (awitan gejala)
- Location
of Problem (lokasi masalah)
-
Duration of Symptoms (karakteristik gejala yang di rasakan)
-
Aggraviting Factor (faktor yang memperberat)
-
Relieving Factors (faktor yang meringankan)
-
Treatment ( penanganan sebekumnya)
XI.
Pertimbangan Pengambilan Keputusan Triase
Menurut
standart ENA (1999)
-
Kebutuhan fisik
-
Tumbuh kembang
-
Psikososial
-
Akses klien dalam institusi pelayanan kes
-
Alur pasien dalam kedaruratan
XII.
Alur Pasien UGD
-
Pastikan keluhan klien (cocokkan apa yang perawat lihat)
-
Kaji segera yang penting (HR,jika ada luka dep dengan segera)
-
Kaji berdasarkan ABCD
-
Kaji awitan yang baru timbul
-
Pantau: setiap gejala cendrung berulang atau intensitas meningkat
-
Setiap gejala yang di sertai pebahan pasti lainnya
-
Kemunduran secara progresif
-
Usia
-
Awitan
-
Misteri
-
Kaharusak pasien berbaring
-
Kontrol yang ketat
XIII.
Diagnosa
Diagnosa
keperawatan gawat darurat adalah masakah potensial dan aktual. Tetapi perawat
tetap harus mengkaji pasien secara berkala karena kondisi pasien dapat berubah
terus-menerus. Diagnosa keperawatan bisa berubah atau bertambah setiap waktu.
XIV.
Intervensi/ Implementasi
Intervensi
yang di lakukan sesuai dengan pengkajian dan di agnosa yang sesuai dengan
keadaan pasien dan harus di laksanakan berdasarkan skal prioritas. Prioritas di
tegakkan sesuai dengan tujuan umum dari penata laksanaan kedaruratan yaitu
untuk mempertahankan hidup, mencegah keadaan yang memburuk sebelum penanganan
yang pasti. Prioritas di tentukan oleh ancaman terhadap kehidupan pasien.
Kondisi yang mengganggu fungsi fisiologis vitallebih di utamakan dari pada
kondisi luar pasien. Luka di wajah, leher dan dada yang mengganggupertnapasan
biasanya merupakan prioritas tinggi.
XV.
Prinsip Penatalaksanaan Keperawartan Gawat Darurat
•
Memelihara jalan nafas dan menyediakan ventilasi yang adekuat, melakukan
resusitasi pada saat dibutuhkan. Kaji cedera dan obstruksi jalan nafas.
•
Kontrol pendarahan dan konsekuensinya.
•
Evaluasi dan pemulihan curah jantung
•
Mencegah dan menangani syok, memelihara sirkulasi
•
Mendapatkan pemeriksaan fisik secara terus menerus, keadaan cedera atau
penyakit yang serius dari pasien tidak statis
•
Menentukan apakah pasien dapat mengikuti perintah, evaluasi, ukuran dan
aktivitas pupil dan respon motoriknya.
•
Mulai pantau EKG, jika diperlukan
•
Lakukan penatalaksanaan jika ada dugaan fraktur cervikal dengan cedera kepala
•
Melindungi luka dengan balutan steril
•
Periksa apakah pasien menggunakan kewaspadaan medik atau identitas mengenai
alergi dan masalah kesehatan lain.
•
Mulai mengisi alur tanda vital, TD dan status neurologik untuk mendapatkan
petunjuk dalam mengambil keputusan,
XVI.
Evaluasi
Setelah
mendapat pertolongan adekuat, vital signdievaluasi secara berkala, setelah itu
konsulkan dengan dokteratau bagian diagnostik untuk prosedur berikutnya, jika
kondisi mulai stabil pindahkan keruangan yang sesuai.
10
Definisi Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan tingkat tinggi yang
sangat penting diajarkan kepada siswa selain keterampilan berpikir kreatif.
Apa itu berpikir kritis? Berikut ini disajikan 10 buah definisi mengenai berpikir
kritis (keterampilan berpikir kritis).
- Definisi berpikir kritis menurut Ennis (1962) : Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
- Definisi berpikir kritis menurut Beyer (1985) : Berpikir kritis adalah kemampuan (1) menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang ada, (6) mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
- Definisi berpikir kritis menurut Mustaji (2012): Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya (1) membanding dan membedakan, (2) membuat kategori, (2) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, (3) menerangkan sebab, (4) membuat sekuen / urutan, (5) menentukan sumber yang dipercayai, dan (6) membuat ramalan.
- Definisi berpikir kritis menurut Walker (2006) :Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan.
- Definisi berpikir kritis menurut Hassoubah (2007):Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.
- Definisi berpikir kritis menurut Chance (1986) :Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.
- Definisi berpikir kritis menurut Mertes (1991) :Berpikir kritis adalah sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan.
- Definisi berpikir kritis menurut Paul (1993) :Berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.
- Definisi berpikir kritis menurut Halpern (1985) :Berpikir kritis adalah pemberdayaan kognitif dalam mencapai tujuan.
- Definisi berpikir kritis menurut Angelo (1995):Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenali permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan serta mengevaluasi.
Dalam kegiatan sehari-hari bisa saja terjadi kecelakaan atau
kondisi gawat darurat seperti tersengat listrik, serangan jantung, stroke atau
overdosis obat. Jika terlambat ditangani, bisa berakibat fatal bahkan kematian.
Untuk mengatasi kondisi gawat darurat ini maka bisa digunakan metode ABCD. Hal
ini disampaikan dr. Irfan Effendi, Sp.An dalam acara rutin Komunitas Sehat
Universitas Jember hari Minggu pagi di lobby gedung Rektorat dr. R. Achmad
(3/4).
Menurut dr. Irfan Effendi, Sp.An, penanganan awal pada
korban menjadi penting karena jika korban mendapatkan penanganan yang tepat
maka nyawanya dapat diselamatkan. “Metode ABCD adalah singakatan dari Airway,
Breathing, Circulation dan Disability, “ jelas dokter spesialis
anestesi ini.
Airway adalah
memeriksa jalan napas korban, breathing adalah membantu pernafasan
korban sementara circulation adalah memeriksa jika korban mengalami
pendarahan. “Jika ketiga langkah sudah dilakukan, periksa apakah korban
mengalami defisit pada tubuhnya semisal memeriksa kesadaran korban. Langkah ini
disebut memeriksa Disability,” jelasnya lagi. Langkah berikutnya adalah
membawa korban ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan dokter.
Kegiatan Komunitas Sehat Universitas Jember yang
anggotanya terdiri dari para purnatugas Universitas bulan Maret ini di awali
dengan jalan santai mengelilingi Kampus Tegalboto, termasuk mengunjungi kampus
baru Fakultas Teknik. Dilanjutkan dengan penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan
kesehatan yang dilayani oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Agenda rutin Komunitas Sehat seperti ini dilaksanakan setiap minggu pertama
setiap bulannya. (iim)
Gawat darurat
adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau
banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan
secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam
itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup.
Keadaan darurat adalah keadaan yang terjadinya mendadak, sewaktu-waktu
/ kapan saja, terjadi dimana saja, dan dapat menyangkut siapa saja sebagai
akibat dari suatu kecelakaan, suatu proses medik atau perjalanan suatu
penyakit.
Pertolongan pertama adalah perlakuan sementara yang diberikan pada seseorang
yang mengalami kecelakaan atau sakit mendadak sebelum pertolongan definitif
oleh dokter dapat diberikan / dilakukan pencegahan agar tidak terjadi cedera
yang lebih parah yang diberikan oleh orang awam bukan dimasukkan dalam tindakan
medik.
Perawatan kedaruratan meliputi pertolongan pertama, penanganan transportasi yang
diberikan kepada orang yang mengalami kondisi darurat akibat rudapaksa, sebab
medik atau perjalanan penyakit di mulai dari tempat ditemukannya korban
tersebut sampai pengobatan definitif dilakukan di tempat rujukan.
Penanggulangan korban masal
Pada korban satu persatu dapat
ditanggulangi secara beruntun atau bergilir. Namun pada korban masal yang mana
jumlah korban sedemikian banyaknya sehingga tenaga atau fasilitas kesehatan
tidak berimbang maka perlu difikirkan suatu sistim penanganan yang tepat, yaitu
Sistim Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Mengacu pada dalil
bahwa pertolongan harus cermat, tepat dan cepat agar korban tidak mati atau
cacat maka harus ditangani secara bersama dan terpadu, oleh berbagai komponen
penolong atau pertolongan. Ini berarti penanganan harus dilakukan secara multi
disiplin, multi profesi dan multi sektor meliputi :
- Penanganan terhadap korban banyak / penyelamatan jiwa
- Dilakukan oleh penolong & pertolongan banyak
- Terjalin komunikasi dan koordinasi yang terkendali
- Menyangkut transportasi korban
- Tempat-tampat rujukan
Penyebab kegawatan
Segala sesuatu bisa berupa penyakit
maupun trauma yang menyebabkan ancaman terhadap fungsi-fungsi vital tubuh
antara lain :
- Jalan nafas dan fungsi nafas
- Fungsi sirkulasi
- Fungsi otak dan kesadaran
Unit Gawat Darurat (UGD) adalah Unit/bagian yang memberikan pelayanan gawat darurat
kepada masyarakat yang menderita penyakit akut atau mengalami kecelakaan
Pasien gawat darurat adalah seseorang atau banyak orang yang mengalami suatu
keadaan yang mengancam jiwanya yang memerlukan pertolongan secara cepat, tepat
dan cermat yang mana bila tidak ditolong maka seseorang atau banyak orang
tersebut dapat mati atau mengalami kecacatan.
Kriteria pasien gawat darurat adalah mengalami kegawatan yang menyangkut:
· Terganggunya jalan nafas, antara
lain sumbatan jalan nafas oleh benda asing, asma berat, spasme laryngeal,
trauma muka yang mengganggu jalan nafas dan lain-lain
· Terganggunya fungsi pernafasan,
antara lain trauma thorak (tension pneumotorak, masif hematotorak, emfisema,
fraktur flail chest, fraktur iga), paralisis otot pernafasan karena obat atau
penyakit dan lain-lain
· Terganggunya fungsi sirkulasi
antara lain syok (hipovolumik, kardiogenik, anafilaksis, sepsis, neurogenik),
tamponade jantung dan lain-lain
· Terganggunya fungsi otak dan
kesadaran antara lain stroke dengan penurunan kesadaran, trauma capitis dengan
penurunan kesadaran, koma diabetika, koma uremikum, koma hepatikum, infeksi
otak, kejang dan lain-lain
Pasien akut adalah pasien yang menderita sakit secara mendadak (onset
waktu yang cepat) yang membutuhkan pertolongan segera yang apabila tidak
ditolong sakitnya akan bertambah parah.
Kriteria pasien akut :
· Semua pasien gawat darurat
· Pasien trauma selain gawat darurat
seperti luka robek ringan, luka bakar ringan, fraktur tulang tanpa perdarahan
· Pasien medis tidak gawat darurat
seperti hematemesis melena tanpa syok, stroke tanpa penurunan kesadaran, diare
dengan dehidrasi ringan-sedang dan lain-lain
Pasien tidak gawat dan tidak akut :
pasien diluar kriteria pasien gawat dan pasien akut
Pertolongan
Pertama pada Gawat Darurat (PPGD)
Latar Belakang
B-GELS atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Pertolongan Pertama Pada Gawat
Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada
kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.
Di luar negeri, PPGD ini sebenarnya sudah banyak diajarkan pada orang-orang awam
atau orang-orang awam khusus, namun sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui
oleh masyarakat Indonesia.
Melalui artikel ini, saya ingin sedikit memperkenalkan PPGD kepada pembaca sekalian.
B-GELS atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Pertolongan Pertama Pada Gawat
Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada
kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.
Di luar negeri, PPGD ini sebenarnya sudah banyak diajarkan pada orang-orang awam
atau orang-orang awam khusus, namun sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui
oleh masyarakat Indonesia.
Melalui artikel ini, saya ingin sedikit memperkenalkan PPGD kepada pembaca sekalian.
Prinsip Utama
Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat
darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian
bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-
benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa
dalam hitungan menit saja ( henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian)
Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat
darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian
bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-
benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa
dalam hitungan menit saja ( henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian)
Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D ( Airway -
Breathing – Circulation – Disability ). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus
sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D ( Airway -
Breathing – Circulation – Disability ). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus
sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat
Algortima Dasar PPGD
1.Ada pasien tidak sadar
2.Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
3.Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
4.Cek kesadaran pasien
a.Lakukan dengan metode AVPU
b.A –> Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V
c. V –> Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga
korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh
pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P
d.P –> Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata
(supra orbital)
e.U –> Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
5.Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans
(118) dengan memberitahukan :
a.Jumlah korban
b.Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
c. Perkiraan usia dan jenis kelamin ( ex: lelaki muda atau ibu tua)
d.Tempat terjadi kegawatan ( alamat yang lengkap)
6.Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah dada ( buka kancing baju bagian atas agar
dada terlihat
7.Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar
dengan bahu pasien
8.Cek apakah ada tanda-tanda berikut :
a.Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)
b.Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda motor)
c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher
9.Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang
belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini
tedapat syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung)
a.Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift.
http://www.toadspad.net/ems/graphics/cpr-head-tilt.jpg
Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas korban.
1.Ada pasien tidak sadar
2.Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
3.Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
4.Cek kesadaran pasien
a.Lakukan dengan metode AVPU
b.A –> Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V
c. V –> Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga
korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh
pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P
d.P –> Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata
(supra orbital)
e.U –> Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
5.Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans
(118) dengan memberitahukan :
a.Jumlah korban
b.Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
c. Perkiraan usia dan jenis kelamin ( ex: lelaki muda atau ibu tua)
d.Tempat terjadi kegawatan ( alamat yang lengkap)
6.Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah dada ( buka kancing baju bagian atas agar
dada terlihat
7.Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar
dengan bahu pasien
8.Cek apakah ada tanda-tanda berikut :
a.Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)
b.Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda motor)
c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher
9.Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang
belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini
tedapat syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung)
a.Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift.
http://www.toadspad.net/ems/graphics/cpr-head-tilt.jpg
Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas korban.
b.Jika ada tanda-tanda tersebut,
maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien dengan paha,
usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah
Jaw Thrust
http://www.toadspad.net/ems/graphics/cpr-head-tilt2.gif
Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.
http://www.toadspad.net/ems/graphics/cpr-head-tilt2.gif
Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.
10. Sambil melakukan a atau b di
atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing
(Pernapasan) pasien.
11. Metode pengecekan menggunakan
metode Look, Listen, and Feel
http://z.about.com/f/p/440/graphics/images/en/18158.jpg
http://z.about.com/f/p/440/graphics/images/en/18158.jpg
Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah
gerakan tersebut simetris ?
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)
Jenis-jenis suara nafas tambahan
karena hambatan sebagian jalan nafas :
a.Snoring : suara seperti ngorok,
kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda
padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara
cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari
telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang
atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada
benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan
benda tersebut
http://home.utah.edu/~mda9899/Image25b.gif
http://home.utah.edu/~mda9899/Image25b.gif
b. Gargling : suara seperti
berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan
(eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah
finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain
untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
c.Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja
c.Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja
Jika suara napas tidak terdengar
karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat dilakukan :
a.Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu
dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang scapula di
punggung
b.Heimlich Maneuver, dengan cara
memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah belakang atas.
c.Chest Thrust, dilakukan pada ibu
hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu
mendorong tangan kearah dalam atas.
Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban ?
Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban ?
12. Jika ternyata pasien masih
bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit
(Pernapasan normal adalah 12 -20 kali permenit)
13. Jika frekuensi nafas normal,
pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look Listen and Feel
14. Jika frekuensi nafas < 12-20
kali permenit, berikan nafas bantuan (detail tentang nafas bantuan dibawah)
15. Jika pasien mengalami henti
nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan dibawah)
16. Setelah diberikan nafas buatan
maka lakukanlah pengecekan nadi carotis yang terletak di leher (ceklah dengan 2
jari, letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan lah jari
ke samping, sampai terhambat oleh otot leher (sternocleidomastoideus),
rasakanlah denyut nadi carotis selama 10 detik.
17. Jika tidak ada denyut nadi maka
lakukanlah Pijat Jantung(figure D dan E , figure F pada bayi), diikuti dengan
nafas buatan(figure A,B dan C),ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas
buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung
18. Cek lagi nadi karotis (dengan
metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba lakukan Look Listen and
Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi poin nomer 17.
19. Pijat jantung dan nafas buatan
dihentikan jika
a.Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
b.Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
c.Bantuan sudah datang
d.Teraba denyut nadi karotis
a.Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
b.Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
c.Bantuan sudah datang
d.Teraba denyut nadi karotis
20. Setelah berhasil mengamankan
kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada pasien :
a.Denyut nadi >100 kali per menit
b.Telapak tangan basah dingin dan pucat
c.Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)
a.Denyut nadi >100 kali per menit
b.Telapak tangan basah dingin dan pucat
c.Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)
21. Jika pasien shock, lakukan Shock
Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat
dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung
22. Pertahankan posisi shock sampai
bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang
23. Jika ada pendarahan pada pasien,
coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat luka (membebat
jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat mati)
24. Setelah kondisi pasien stabil,
tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look Listen and Feel, karena pasien
sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.
Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali).
Prosedurnya :
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali).
Prosedurnya :
1. Posisikan diri di samping pasien
2. Jangan lakukan pernapasan mouth
to mouth langsung, tapi gunakan lah kain sebagai pembatas antara mulut anda dan
pasien untuk mencegah penularan penyakit2
3. Sambil tetap melakukan chin lift,
gunakan tangan yg tadi digunakan untuk head tilt untuk menutup hidung pasien
(agar udara yg diberikan tidak terbuang lewat hidung).
4. Mata memperhatikan dada pasien
5. Tutupilah seluruh mulut korban
dengan mulut penolong
6.Hembuskanlah nafas satu kali (
tanda jika nafas yg diberikan masuk adalah dada pasien mengembang)
7.Lepaskan penutup hidung dan
jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan pasien menghembuskan nafas keluar
(ekspirasi)
8.Lakukan lagi pemberian nafas
sesuai dengan perhitungan agar nafas kembali normal
Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang )
Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa” jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas buatan (seperti dijelaskan pada algortima di atas)
Prosedur pijat jantung :
1. Posisikan diri di samping pasien
1. Posisikan diri di samping pasien
2. Posisikan tangan seperti gambar
di center of the chest ( tepat ditengah-tengah dada
3. Posisikan tangan tegak lurus
korban seperti gambar
4.Tekanlah dada korban menggunakan
tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)
5.Tekanlah dada kira-kira sedalam
4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)
6. Setelah menekan, tarik sedikit
tangan ke atas agar posisi dada kembali normal (seperti gambar kanan atas)
7. Satu set pijat jantung dilakukan
sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung dapat dihitung dengan
cara menghitung sebagai berikut :
Satu Dua Tiga EmpatSATU
Satu Dua Tiga Empat DUA
Satu Dua Tiga Empat TIGA
Satu Dua Tiga Empat EMPAT
Satu Dua Tiga Empat LIMA
Satu Dua Tiga Empat ENAM
Satu Dua Tiga Empat DUA
Satu Dua Tiga Empat TIGA
Satu Dua Tiga Empat EMPAT
Satu Dua Tiga Empat LIMA
Satu Dua Tiga Empat ENAM
8. Prinsip pijat jantung adalah :
a. Push deep
b. Push hard
c. Push fast
d. Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
e. Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi)
b. Push hard
c. Push fast
d. Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
e. Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi)
Perlindungan Diri Penolong
Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap harus senantiasa memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang disebabkan karena lingkungan, maupun karena bahaya yang disebabkan karena pemberian pertolongan.
Poin-poin penting dalam perlindungan
diri penolong :
1.Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien
2.Minimasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
3.Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.
1.Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien
2.Minimasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
3.Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
I. PENGERTIAN
A. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
B. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
C. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datag tiba-tiba, tetapi tidak mĂȘngancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal.
D. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropiurn, TBC kulit, dan sebagainya.
E. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik. mental, sosial)
II. KECELAKAAN DAN CEDERA DAPAT DIKLASIFIKASIKAN MENURUT :
2.1 Tempat kejadian
a. kecelakaan lalu lintas,
b. kecelakaan di lingkungan rumah tangga ;
c. kecelakaan di lingkungan pekerjaan ;
d. kecelakaan di sekolah;
e. kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat rekreasi, perbelanjaan, di arena olah raga. dan lain-lain.
2.2 Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing. tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
2.3 Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan (traveling/trasport time):
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain
F. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
G. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian harta benda, kerusakan Iingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongar. dan bantuan.
A. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
B. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
C. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datag tiba-tiba, tetapi tidak mĂȘngancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal.
D. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropiurn, TBC kulit, dan sebagainya.
E. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik. mental, sosial)
II. KECELAKAAN DAN CEDERA DAPAT DIKLASIFIKASIKAN MENURUT :
2.1 Tempat kejadian
a. kecelakaan lalu lintas,
b. kecelakaan di lingkungan rumah tangga ;
c. kecelakaan di lingkungan pekerjaan ;
d. kecelakaan di sekolah;
e. kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat rekreasi, perbelanjaan, di arena olah raga. dan lain-lain.
2.2 Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing. tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
2.3 Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan (traveling/trasport time):
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain
F. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
G. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian harta benda, kerusakan Iingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongar. dan bantuan.
II. PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT
DARURAT (PPGD)
2.1 Tujuan
a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang Iebih memadai.
c. Menanggulangi korban bencana.
2.2 Prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu sistem/organ di bawah ini yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernapasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pankreas
Kegagalan (kerusakan) sistem/organ tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Trauma/cedera
2. lnfeksi
3. Keracunan (poisoning)
4. Degenerasi (failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and electrolit)
7.Dan lain-lain.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan dan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit). sedangkan kegagalan sistem/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Pendenta Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh:
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan ditempat kejadian, dalam perjalanan kerumah sakit, dan pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas atau rumah sakit.
2.1 Tujuan
a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang Iebih memadai.
c. Menanggulangi korban bencana.
2.2 Prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu sistem/organ di bawah ini yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernapasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pankreas
Kegagalan (kerusakan) sistem/organ tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Trauma/cedera
2. lnfeksi
3. Keracunan (poisoning)
4. Degenerasi (failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and electrolit)
7.Dan lain-lain.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan dan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit). sedangkan kegagalan sistem/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Pendenta Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh:
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan ditempat kejadian, dalam perjalanan kerumah sakit, dan pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas atau rumah sakit.
III. SISTEM PENANGGULANGAN PENDERITA
GAWAT DARURAT
3.1 Tujuan
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada daam keadaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi.
3.1 Tujuan
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada daam keadaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi.
Cakupan pelayanan kesehatan yang
perlu dikembangkan meliputi:
a. Penanggulangan penderita di tempat kejadian
b. Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan yang lebih memadai.
c. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan penderita gawat darurat.
d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli
e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (Unit Gawat Darurat dan ICU).
f. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
a. Penanggulangan penderita di tempat kejadian
b. Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan yang lebih memadai.
c. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan penderita gawat darurat.
d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli
e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (Unit Gawat Darurat dan ICU).
f. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar